Selasa, 21 Januari 2014

Bukan Singa Biasa Tapi Singa Bodoh

Fabel : Bukan Singa Biasa Tapi Singa Bodoh


Di tengah-tengah hutan, hiduplah beratus-ratus kelinci. Mereka dengan bebas mencari makanan, bersenda gurau, berlari-lari, dan tidur. Namun, mereka harus selalu waspada karena bahaya mengancam setiap saat. Ada dua ekor singa, singa jantan dan singa betina, yang menjadi musuh mereka. Setiap hari ada saja puluhan kelinci yang diterkam dan dimakan oleh kedua singa itu. Walaupun demikian, kelinci-kelinci itu tidak berkurang karena hampir setiap hari ada saja kelinci yang berkembang biak.
“Kamu tadi pagi makan kelinci berapa ?” Tanya singa jantan kepada singa betina pada suatu hari.
“Hanya tiga ekor. Makanya, sekarang aku sudah lapar,” jawab singa betina.
“Jangan khawatir ! mari kita segera berburu kelinci,” sambungnya. “Mengapa, ya ?” tanyanya lagi.
“Betul. Biasanya kelinci-kelinci itu selalu disekitar kita. Sekarang, kita harus mengejar mereka,” jawab singa betina.
“Apa mungkin ada singa lain selain kita yang ikut berburu kelinci ?” Tanya singa jantan. Apa mungkin kelinci itu berkurang karena setiap hari kita makan ?
“Rasanya tidak ada singa lain selain kita. Sudah bertahun-tahun kita makan kelinci, tetapi kelincinya juga tidak pernah habis,” kata singa betina. “Mungkin sekali karena ada pemburu yang juga memburu kelinci. Kemarin aku melihat ada dua orang membawa senjata menembak kelinci. Mereka membawa mobil.” Sambung singa betina.
“Mungkin juga,” kata singa jantan lirih.
Betul juga dugaan mereka. Ada dua orang pemburu yang memburu kelinci-kelinci itu untuk dijual ke kota. Daging kelinci yang lezat itu membuat permintaan akan daging kelinci semakin banyak. Hampir setiap hari dua orang pemburu itu memburu kelinci.
“Hai, sudah dapat berapa buruan kita ?” Tanya Daniel, salah satu pemburu itu.
“Sebentar aku hitung dahulu,” seru boby, pemburu yang satunya. “Delapan puluh ekor !” sambungnya lagi.
“Ayo, kita tinggal cari dua puluh ekor lagi kemudia pulang ! uang sudah di depan mata kita,” seru Daniel.
“Ha, ha, ha !” boby tertawa.
Mereka tidak menyadari bahwa gerak-gerik mereka diawasi oleh kedua singa itu. Kedua singa itu baru percaya bahwa para pemburu itulah yang menghabiskan kelinci itu.
“Ternyata apa yang kau katakan betul ! merekalah yang telah merebut makanan kita !” kata singa jantan kesal.
“Kita harus bagaimana ?” Tanya singa betina.
“Kita harus memberi pelajaran kepada mereka,” kata singa jantan marah. “Kalau tidak, kitalah yang akan kelaparan,” katanya lagi.
Kedua singa itu mengaum keras. Auman itu terdengar oleh kedua pemburu itu.
“Bob, apakah kamu kira kelinci bisa mengaum seperti itu ?” Tanya Daniel.
“Hus ! itu bukan suara kelinci. Kalau tidak salah, itu adalah …………singa !” Boby segera berlari ke mobil.
“Hei tunggu ! itu bukan singa, tapi…..” belum selesai kata. Katanya, Daniel melihat dua ekor singa telah berada di depannya. “Singa….!” Daniel berbalik dan lari sekencang-kencangnya. Kedua singa itu pun mengejarnya. Untunglah Daniel menemukan pohon yang tinggi. Dia panjat pohon itu tinggi-tinggi. Dari ketinggian, dia melihat kedua singa itu dibawah pohon. Dia pun melihat boby menyelamatkan diri dengan mobilnya, meninggalkan dirinya.
“Hei, boby ! tunggu….!” Teriak Daniel.
Kini, tinggallah Daniel, tinggal di atas pohon. Sementara itu, kedua singa itu menungguinya dengan setia.

0 komentar:

Posting Komentar